VIVAnews - Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, berjanji mundur sebelum akhir tahun ini dan memberikan kesempatan kepada partai-partai di Yaman untuk membentuk pemerintahan yang demokratis. Dia juga berjanji tidak akan mencalonkan putranya pada pemilihan presiden mendatang.
Pernyataan itu berdasarkan kesepakatan antara Saleh dengan para pemimpin oposisi pada Rabu malam, 2 Maret 2011, seperti dilansir harian The Wall Street Journal. Usai pertemuan, Saleh menyatakan setuju atas beberapa tuntutan oposisi.
“Presiden sepakat menentukan langkah-langkah yang akan diambil untuk meninggalkan posisinya, dengan tidak mewariskannya, selama periode waktu yang tidak lebih dari tahun ini,” tulis pernyataan dari pihak oposisi.
Kesepakatan ini diawali dengan lima tuntutan kubu oposisi kepada Saleh. Isinya antara lain menyerukan presiden untuk menyerahkan kepemimpinannya sebelum akhir tahun dan memberikan peluang kepada parta-partai politik di Yaman untuk memutuskan cara terbaik untuk melanjutkan demokrasi di negara tersebut.
Belum ada pernyataan resmi dari pemerintah mengenai hal ini. Namun, pejabat pemerintah mengatakan bahwa pernyataan tersebut adalah benar.
Pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya ini mengatakan bahwa kedua pihak kini telah memiliki landasan yang sama. Tidak disebutkan rincian dari kesepakatan tersebut.
Demonstrasi di Yaman berlangsung pada awal bulan lalu, menambah panjang daftar negara yang bergejolak di kawasan Timur Tengah.
Seperti negara-negara lainnya di kawasan, demonstrasi Yaman juga bermula dari keadaan ekonomi negara yang terpuruk, ditambah dengan banyaknya angka pengangguran. Saleh yang menjabat sebagai presiden selama lebih dari 30 tahun dituntut mundur.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar