VIVAnews - Israel meminta izin Mesir agar bisa mendaratkan dua pesawatnya. Pesawat itu akan mengangkut properti milik Kedutaan Besar Israel di ibukota Mesir, Kairo. Muncul spekulasi bahwa Israel mulai mengosongkan kedutaannya di Kairo setelah hubungan kedua negara memburuk pasca tergusurnya rezim Hosni Mubarak tahun lalu.
Menurut kantor berita Reuters, rencana Israel mendaratkan pesawatnya itu diungkapkan sumber anonim dari Kementerian Luar Negeri dan otoritas bandara Mesir pada Selasa waktu setempat.
"Kedutaan Besar Israel menghubungi kami untuk meminta izin pendaratan dua pesawat di Kairo untuk mengangkut properti milik Kedutaan," demikian penjelasan seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Mesir. Pemerintahan sementara Mesir, yang dikuasai militer, baru akan memberi tanggapan pada Rabu waktu setempat.
Belum jelas apa motif Israel itu. Namun, pekan lalu, komite parlemen Mesir menuntut agar perwakilan diplomatik Israel diusir dari Kairo dan pemerintah harus tinjau ulang hubungan resmi mereka dengan negara zionis itu. Seruan tersebut muncul tidak lama setelah Israel kembali menggempur wilayah Palestina di Jalur Gaza.
Belum ada penjelasan dari Israel apakah mereka akan memulangkan semua diplomat dari Mesir. Duta Besar mereka, Yitzhak Levanon, sudah pulang ke Israel pada November tahun lalu. Sebenarnya Israel sudah menyiapkan dubes baru untuk Mesir, yaitu Yaacov Amitai, Februari lalu.
Setelah beberapa kali berperang, Israel dan Mesir menyepakati perjanjian damai sekaligus membuka hubungan diplomatik pada 1979. Mesir dikenal sebagai negara Arab pertama yang mengadakan perjanjian damai dengan Israel.
Namun, Israel khawatir setelah tahun lalu rezim Hosni Mubarak, yang memerintah Mesir sejak 1981, digulingkan oleh revolusi rakyat. Padahal Mubarak, yang kini tengah diadili di negaranya sendiri, dikenal sebagai penghubung strategis bagi Israel dalam berunding dengan Palestina dan negara-negara Arab lain.
Israel khawatir bahwa sikap Mesir atas mereka kini berubah setelah partai-partai Islam dukungan kelompok Ihwanul Muslimin, yang dianggap terlarang oleh rezim Mubarak, mendominasi politik di negara itu setelah menang pemilu parlemen beberapa bulan lalu.
Kedubes Israel di Kairo pada September 2011 sempat diserbu massa. Insiden ini terjadi sebulan setelah pembunuhan lima petugas keamanan Mesir oleh pasukan Israel yang saat itu memburu pembunuh delapan kolega mereka di dekat perbatasan kedua negara.
Namun, pemerintah Mesir sempat menjadi fasilitator kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok-kelompok militan di Gaza awal bulan ini. Kesepakatan itu muncul setelah berlangsung rangkaian kekerasan selama empat hari, yang menewaskan 25 warga Palestina dan tembakan 200 roket ke wilayah Israel.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar