VIVAnews - Beberapa negara kini mulai melakukan pengujian terhadap berbagai produk makanan asal Jepang, menyusul kekhawatiran adanya kontaminasi zat radioaktif pasca ledakan reaktor nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Dai-ichi.
Badan Pengawas Makanan Hong Kong, dilansir dari CNN, Kamis, 17 Maret 2011, dilaporkan telah melakukan tes radiasi terhadap 34 contoh sayuran segar, daging, dan ikan yang diimpor dari Jepang. Hasil tes menunjukkan makanan tersebut tidak terkandung radioaktif.
"Selama masalah radiasi masih mengemuka, saya kira yang paling berpotensi terkena adalah produk makanan segar, seperti produk peternakan, buah-buahan dan sayuran," ujar Menteri Makanan dan Kesehatan Hong Kong, York Chow.
"Jika kami mendeteksi hal tersebut, tentu saja, kami akan melarang produk itu dijual di Hong Kong," lanjutnya lagi.
Selain Hong Kong, pemerintah Thailand juga melakukan tes serupa. Kali ini Thailand bekerjasama dengan para ahli dari badan atom PBB, IAEA, untuk memeriksa kandungan radioaktif dari produk daging, susu, ikan dan rumput laut Jepang.
Pemerintah India juga dilaporkan telah memerintahkan badan pengawas obat dan makanan negara tersebut untuk menguji makanan asal Jepang di pelabuhannya, gerbang pertama masuknya makanan impor. Namun, hanyalah makanan Jepang yang diimpor setelah tanggal 11 Maret yang akan diuji.
Sebelumnya, pemerintah Singapura pada Senin lalu sudah memeriksa semua produk makanan asal Jepang.
Direktur Badan Ilmu Pengetahuan untuk Kepentingan Publik, Amerika Serikat, Caroline Smith Dewaal, mengatakan bahwa dia tidak khawatir akan tercemarnya makanan di Jepang karena dua hal.
"Jepang adalah pengimpor besar makanan dan Jepang memiliki salah satu sistem keamanan makanan yang terbaik di dunia," ujar Dewaal.
Kekhawatiran dunia mengenai adanya kontaminasi radiasi terhadap makanan Jepang dianggap wajar. Salah satu contoh konkrit mungkinnya terjadi hal ini adalah pada peristiwa di Chernobyl, Uni Soviet, pada tahun 1986.
Menurut Dewaal, kala itu pemerintah AS menguji 8.900 contoh makanan hewani dan non-hewani yang diimpor dari lokasi bencana. "Mereka menemukan 1,4 persen dari makanan tersebut terkontaminasi radiasi di atas batas yang diperbolehkan, kebanyakan adalah produk hewani," ujar Dewaal.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar