VIVAnews - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad memenuhi panggilan parlemen Iran untuk menghadap pada Rabu waktu setempat. Dihujani pertanyaan-pertanyaan yang menjatuhkan, dia tetap santai dan menjawabnya dengan sedikit berkelakar.
Kedatangannya ke parlemen menjadikan Ahmadinejad presiden Iran pertama yang dipanggil Majlis sejak Revolusi Iran 1979. Sebenarnya, telah sejak tahun lalu Ahmadinejad dipanggil, namun dia selalu mangkir tanpa memberikan alasan yang jelas.
Pemanggilan Ahmadinejad terkait kebijakannya yang dinilai bertentangan dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei. Beberapa kali keputusan Ahmadinejad dimentahkan oleh Khamenei termasuk saat menteri intelijen yang dipecat dikembalikan ke posisinya oleh dewan syuro Iran.
Salah satu anggota parlemen, Ali Motahari, menanyakan perihalnya ketidakhadiran Ahmadinejad ke kantor dan tidak memenuhi panggilan parlemen usai konflik pemecatan menteri tersebut. Tidak diduga, dia menjawabnya dengan santai, mematahkan harapan anggota parlemen lainnya yang merasa dapat "menggoreng" presiden sederhana itu.
"Itu adalah saatnya Ahmadinejad istirahat dan tinggal di rumah. Beberapa kawan bilang, saya perlu istirahat. Di pemerintahan ini, pekerjaan tidak pernah berhenti barang sehari," ujarnya.
Anggota parlemen lainnya merasa Ahmadinejad merendahkan parlemen dengan mangkir. "Saya sebenarnya siap datang sebelum pemilu. Tapi saya pikir lagi, jika saya datang, akan mempengaruhi hasil pemilu dan saya akan disalahkan. Saya memang orang yang mudah disalahkan," jawab Ahmadinejad.
Dia juga ditanya soal pemecatan Menteri Luar Negeri Manouchehr Mottaki ketika bertugas di Senegal. Ahmadinejad mengatakan, Mottaki sebenarnya sudah dipecat sejak di Iran, namun dia tetap berangkat ke Senegal.
Motahari juga menanyakan soal sikap Ahmadinejad yang mendukung nasionalisme, bertentangan dengan persatuan Islam yang digadang para Mullah. Motahari mempertanyakan sikap Ahmadinejad yang menolak pemaksaan pemakaian jilbab dan hukum Islam lainnya.
Dengan tenang, Ahmadinejad mengatakan, hukum itu tidak bisa dipaksakan. Rakyat harusnya diberi pendidikan dan melakukannya atas kemauan sendiri. "Pendekatan kultural tidak cocok menggunakan metode kekerasan," ujarnya, dikutip dari Press TV.
Terancam Dimakzulkan
Berbagai pertanyaan dijawab Ahmadinejad dengan santai. "Saya telah menjawab pertanyaan kalian dan memberikan tambahan pula. Sangat tidak baik dan merendahkan jika kalian tidak memberikan saya nilai A," ujarnya berkelakar, menutup sesi tanya jawab.
Sikap ini ditanggapi sinis oleh para anggota parlemen. Mereka mengatakan bahwa jawaban Ahmadinejad tidak logis, ilegal dan terkesan menghindar. "Dengan nada menghina, Ahmadinejad mempermainkan pertanyaan para anggota dewan," kata Mohammad Taqi Rahbar, anggota dewan.
Beberapa mengancam akan memakzulkan Ahmadinejad. Ancaman ini juga sebelumnya pernah disampaikan. Namun para pengamat menyangsikan hal itu.
"Saya kira dia tidak akan dimakzulkan. Parlemen tidak punya motif yang kuat melakukan itu," kata Mohammad Marandi, pengamat dari Universitas Teheran.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar