VIVAnews - Satuan anti teror Rusia dilaporkan berada di Suriah, diduga untuk membantu tentara setempat memberantas para pemberontak. Ini bertentangan dengan sikap Rusia yang menolak campur tangan dan memveto seluruh keputusan Dewan Keamanan soal Suriah.
Laporan ini disampaikan oleh kantor berita Interfax, dikutip oleh ABC News, Senin 19 Maret 2012. Pasukan anti teror Rusia dikatakan telah mendarat di pelabuhan Tartus, Suriah, 10 hari lalu, menumpang kapal tanker Iman yang melalui Laut Hitam.
Kementerian Pertahanan Rusia, beralasan bahwa pasukan mereka diturunkan untuk mengawal kapal tanker dari ancaman perompak di Teluk Aden. "Pasukan itu juga membuktikan kehadiran Rusia di wilayah yang tengah bergejolak dan menghadapi kemungkinan adanya evakuasi warga Rusia," tulis Kemhan Rusia.
Tidak disebutkan jumlah tentara dan misi mereka selanjutnya. Namun Interfax menuliskan, jumlah mereka cukup banyak dan aktif di beberapa tempat di Suriah. Hal ini dengan jelas menandakan hubungan baik antara pemerintahan Vladimir Putin dan Bashar al-Assad.
"Semua orang sudah tahu, Rusia adalah teman terakhir Assad," kata Mark Galeotti, profesor hubungan internasional di Universitas New York.
Pengiriman tentara ke Suriah bertentangan dengan alasan Rusia dalam memveto resolusi Dewan Keamanan PBB. Sebelumnya, Rusia dan China mementahkan resolusi tersebut dengan alasan menolak campur tangan asing di Suriah.
Hubungan Rusia dan Suriah sangat dekat, terutama karena perdagangan senjata yang menguntungkan Moscow miliaran dolar. Kedekatan keduanya juga terlihat dari didirikannya pangkalan militer Rusia di wilayah Tartus, yang memudahkan pasukan Putin menuju Laut Mediterania. (umi)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar