VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon bertemu di Istana Negara Bogor, Selasa, 20 Maret 2012. Berbagai permasalahan dibahas, termasuk memanasnya situasi di Selat Persia, menyusul ancaman Iran menutup Selat Hormuz.
"Dalam pertemuan tadi kami mendiskusikan situasi dunia maupun indonesia. Sebagai contoh, situasi di Timur Tengah, termasuk Selat Hormuz," kata SBY pada konferensi pers setelah pertemuan.
Selat Hormuz yang berada di wilayah Iran adalah jalur utama perdagangan minyak dari Timur Tengah ke seluruh dunia. Menurut Badan Informasi Energi AS, sepertiga pasokan minyak dunia yang dibawa melalui laut melewati selat ini pada 2009.
Iran mengancam menutup selat tersebut, menyusul sanksi ekonomi baru AS atas program nuklir negara tersebut. Dalam pertemuannya dengan Ban, SBY mengatakan bahwa PBB memainkan peranan yang penting agar konflik di kawasan tidak sampai menjadi perang terbuka.
”Jangan sampai terjadi perang terbuka di wilayah itu, yang mengakibatkan selat harus ditutup. Hal ini akan berdampak pada negara-negara lain, utamanya terkait harga minyak,” katanya.
SBY mengingatkan, sekarang saja harga minyak sudah meroket. Dia berharap Iran, Amerika Serikat, dan Uni Eropa betul-betul mengambil tindakan konkret menyangkut masalah ini. "Jangan sampai dampaknya kemana-mana dan mengganggu stabilitas dan perdamaian dunia," ujarnya.
Selain membahas situasi di Selat Hormuz, keduanya juga membahas berbagai permasalahan di kawasan Asia, terutama soal Laut China Selatan dan Myanmar. "Kami membicarakan upaya indonesia menjaga kerukunan dan keutuhan wilayah, yang menjadi tugas konstitusional kami," kata SBY. (eh)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar